Wednesday, April 22, 2009

Perencanaan Program Pengajaran Bahasa Arab

Pengantar
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah ataupun di kampus bersifat formal, disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru, dosen dan pendidik lainnya. Apa yang hendak dicapai oleh siswa dituangkan dalam tujuan pembelajaran, dipersiapkan bahan apa yang harus dipelajari, dipersiapkan juga metode pembelajaran yang sesuai dengan bagaimana cara peserta didik belajar, dan melakukan evaluasi untuk mengetahui bagaimana kemajuan belajar peserta didik.
Dalam pembelajaran bahasa Asing khususnya bahasa Arab, terdapat empat kemahiran berbahasa yang memiliki tujuan dan tehnik penyajian masing-masing. Keempat kemahiran tersebut adalah kemahiran mendengar atau menyimak (maharat al istima’), kemahiran bercakap (maharat al muhadatsah), kemahiran membaca (maharat al qira’ah) dan kemahiran menulis (maharat al kitabah).
Bahasa Arab sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah tentu saja membutuhkan persiapan-persiapan yang matang dan mantap. Persiapan itu telah direncanakan secara seksama oleh pendidik dengan mengacu pada kurikulum mata pelajaran atau mata kuliah. Penjelasan ini memberi gambaran bahwa kegiatan belajar yang dilaksanakan secara sengaja dipersiapka dalam bentuk perencanaan pengajaran, persiapan pengajaran ini sebagai kegiatan integral dari proses pembelajaran di sekolah ataupun dikampus.
Perncanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu,
1) Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran,
2) Perencanan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran, dan
3) Perencanaan pengajaran sebagai sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.
Mengacu pada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program pengajaran harus sesuaia dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Dalam menyusun rencana program pengajaran, komponen peserte didik perlu mendapat perhatian yang memadai.

Ringkasan Materi
1. Pengertian pengajaran bahasa Arab
Pengajaran bahasa Arab adalah suatu upaya untuk mengatur (memenej, mengendalikan) aktivitas belajar-mengajar berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran bahasa Arab untuk mensukseskan tujuan pengajaran agar tercapai lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan trategi dan perencanaan, diakhiri dengan penilaian, dan dari penilaian akan dapat dimanfaatkan sebagai feedback (umpan balik) bagi perbaikan pengajaran lebih lanjut.
Pengajaran bahasa Arab mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran bahasa Arab. Dalam proses interaksi belajar mengajar bahasa Arab, pendidik adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didiknya. Kemudian metode yang diperlukan oleh pendidik bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode apapun bisa digunakan selama penggunaannya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
2. Tujuan pengajaran bahasa Arab
Tujuan pengajaran bahasa Arab menentukan approach, metode, dan teknik pengajaran bahasa Arab itu. Oleh karena itu, tujuan pengajaran bahasa Arab haruslah dirumuskan sedemikian rupa agar arah yang dituju tepat mengenai sasaran. Tujuan pengajaran bahasa Arab terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum pengajaran bahasa Arab yaitu:
1. Agar siswa dapat memahami al Qur’an dan al Hadis sebagai sumber hukum islam dan ajarannya.
2. Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan islam yang ditulis dalam bahasa Arab
3. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab
4. Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain
5. Untuk membina ahli bahasa Arab yang benar-benar professional
Adapun tujuan khusus pengajaran bahasa Arab terbagi atas dua, yaitu:
6. Tujuan keilmuan untuk memperoleh kemahiran terbatas pada pendalaman suatu bidang studi atau menunjang keahlian atau profesi tertentu.
7. Tujuan kegunaan praktis yaitu untuk memperoleh keterampilan berkomunikasi dengan bahasa Arab baik tulisan maupun lisan, repseptif maupun produktif.
Disamping itu, tujuan pengajaran bahasa Arab juga dijabarkan lagi secara khusus sesuai dengan empat kemahiran yang terdapat dalam pengajaran bahasa Arab. Dan selanjutnya secara spesifik tujuan pengajaran bahasa Arab selalu disesuaikan dengan level atau tingkatan peserta didik.
3. Konsep pendekatan sistem dalam pengajaran bahasa Arab
Pengajaran sebagai suatu sistem merupakan suatu pendekatan mengajar yang menekankan pada hubungan sistematik antara berbagai komponen dalam pengajaran. Hubungan sistematik ini mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam suatu pengajaran sesuai dengan fungsinya saling berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu kesatuan. Dalam pengajaran bahasa Arab sebagai suatu sistem, perencanaan program pengajaran memegang peranan yang sangat penting, sebab menentukan langkah pelaksanaan pengajaran dan evaluasi.
Perencanaan program pengajaran bahasa Arab meliputi beberapa aspek:
1. Perencanaan tujuan-tujuan instruksional. Tujuan instruksional sering juga disebutkan sasaran belajar. Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik dan peserta didik sebagai proses interaksi untuk mencapai tujuan dan sasaran pembelajaran. Karena itu, rancangan pembelajaran yang efektif terletak pada dua hal yaitu: pemilihan stimulus diskriminatif dan memberikan penguatan agar belajar lebih efektif.
2. Perencanaan materi dan bahan bahan pengajaran. Untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam penyajian bahan pembelajaran bahasa Arab maka ada beberapa tahap yang harus ditempuh yaitu, a) melakukan pemeriksaan awal, bahan pengajaran yang akan digunakan harus diperiksa terlebih dahulu, supaya pendidik mampu apakah materi tersebut dapat berguna bagi peserta didik dalam mencapai tujuan.
b) persiapan lingkungan dimanapun penyajian bahan pengajaran akan berlangsung, semua perlengkapan harus ditempatkan pada tempat yang baik dan benar. c) persiapan siswa, dari pengalaman dan penelitian dapat membuktikan bahwa apa yang dipelajari dari sesuatu sangat tergantung dari bagaimana siswa dipersiapkan untuk menerima bahan dan materi pelajaran yang disajikan, dan d) penyajian bahan pengajaran, suatu hal yang harus dipersiapkan oleh pendidik dan ia harus mampu melaksanakannya ialah, menyajikan bahan pelajaran dengan baik.
3. Perencanaan alat dan media pengajaran. Dalam membahas kedudukan media pengajaran dalam perencanaan pengajaran bahasa Arab, diperlukan pengetahuan tentang merumuskan dan menganalisis tujuan pengajaran, menetapkan prosedur, jenis dan alat penilaian. Pengetahuan tentang media pengajaran sangat berguna untuk menyusun perencanaan program pengajaran. Karena program pengajaran adalah seluruh rencana kegiatan yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan pengajaran.
Demikian pula, untuk menunjang pengajaran bahasa Arab, banyak sekolah-sekolah umum maupun pondok pesantren bahkan perguruan-perguruan tinggi menerapkan sistem pengembangan bahasa Arab yang bervariasi. Salah satu sistem pengembangan yang dipakai adalah menyiapkan media pembelajaran sebagai stimulus yang meningkatkan minat belajar peserta didik. Adanya media bahkan dapat mempercepat proses belajar mengajar karena dapat membuat pemahaman peserta didik lebih cepat pula.
John M. Lannon, sebagaimana yang dikutip oleh Azhar Arsyad,mengemukakan bahwa media pengajaran khususnya alat-alat pandang dapat menarik minat peserta didik, meningkatkan pengertian peserta didik, memberikan daya yang kuat/terpercaya, memadatkan informasi, dan memudahkan menafsirkan data.
4. Perencanaan evaluasi pengajaran. Maksud dan tujuan evaluasi adalah, menentukan hasil yang dicapai oleh peserta didik. Evaluasi hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan prilaku belajar yang telah terjadi. Evaluasi dalam pembelajaran merupakan bagian penting dalam suatu sistem instruksional. Karena itu, penilaian mendapat tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi-fungsi sebagai fungsi edukatif, fungsi institusional, fungsi diagnostic, fungsi administratif, fungsi kurikuler, dan fungsi manejemen.
Hasil penilaian harus menjadi bahan bagi kajian tentang perencanaan kegiatan-kegiatan berikutnya yang diharapkan dapat membantu proses perbaikan kekurangan para peserta didik. Juga dapat digunakan untuk mengukur kemajuan-prestasi yang telah dicapai sesuai dengan rencana kurikuler yang telah diterapkan. Jadi pendidik menunjukkan kepada para peserta didik tentang sasaran yang harus dicapai sebagaimana yang diterapkan kurikulum, bukan menekankan kekurangan-kekurangan peserta didik. Ini harus menjadi perhatian utama bila pendidik hendak menyampaikan hasil penilaian kepada pesertanya secara lisan. Penyampaian itu harus dapat mendorong atau memberi motivasi kepada para peserta didik agar belajar lebih lanjut, bukan untuk mematikan semangat belajarnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap pembelajaran bahasa Arab, hendaknya dilakukan secara spesifik sehingga kemampuan pesrta didik dapat diketahui secara seksama. Hal ini akan membantu pendidik mengetahui betul keunggulan-keunggulan peserta didiknya dan hal-hal lain yang tertinggal.
C. Penutup dan Saran
Pengajaran bahasa Arab adalah suatu upaya untuk mengatur (memenej, mengendalikan) aktivitas belajar-mengajar berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran bahasa Arab untuk mensukseskan tujuan pengajaran agar tercapai lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan trategi dan perencanaan, diakhiri dengan penilaian, dan dari penilaian akan dapat dimanfaatkan sebagai feedback (umpan balik) bagi perbaikan pengajaran lebih lanjut.
Dalam pengajaran bahasa Arab, dituntut pelaksanaan perencanaan program pengajaran demi tercapainya pembelajaran yang efektif. Perencanaan program pengajaran terdiri atas perencanaan tujuan-tujuan instruksional, perencanaan materi dan bahan bahan pengajaran, perencanaan alat dan media pengajaran, dan perencenaan evaluasi pengajaran.
Dengan terlaksananya perencanaan program pengajaran bahasa Arab dengan baik maka diharapkan tercapainya tujuan pengajaran yang dibuat dan di standarkan oleh sekolah maupun kampus. Oleh karena itu dibutuhkan usaha keras dan maksimal oleh pendidik sehingga mereka betul-betul bisa merancang dan merencanakan pengajaran yang akan dilaksanakannya di kelas ataupun kampus.
References
Alim, Abdul Ibrahim, Al-Muwajjah al Fanny li al Mudarrisy al Lughat al Arabiyah, Cet. VI; AlQahiroh: Daar al Ma’arif, 1968

Arsyad, Azhar, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Madkhal fi Thuruq Ta’lim al Lugat al Arabiyah Li Mudarrisi al Lugat al Arabiyah, Makassar, 1996

Effendi, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab; Malang: Misykat, 2004

Izzan Ahmad, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. II; Bandung: Humaniora , 2007

Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi pendidikan, Cet.V; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Cet. V; Bandung; Alfabeta, 2003

Thu’aimih, Ahmad Rusydi, Al-Marji’ Fii Ta’liim al Lugat al Arabiyah li naathiqi bi al Lughat al Ukhra, Makkah: Jami’at Umm Qur’an, 1986

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997

Read more.....
Pentingnya Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

PENDAHULUAN
Setiap orang yang melakukan suatu kegiatan akan selalu ingin mengetahui hasil dari kegiatan yang dilakukannya. Seringkali pula orang yang melakukan suatu kegiatan tersebut ingin mengetahui baik atau buruknya kegiatan yang dilakukannya. Sebagai orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dan peserta didik juga berkeinginan mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui baik buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang pendidik harus menyelanggarakan evaluasi.
Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Hal ini berarti evaluasi merupakan kegiatan yang tak terelakkan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Demikian pula dalam pembelajaran bahasa Arab, dengan Mahaarat al arba’(istima’, muhadatsah, qira’ah, dan kitabah), penerapan evaluasi sudah menjadi bagian penting karena Setiap peserta didik perlu diketahui penguasaannya dan hasil belajarnya terhadap tiap maharat tersebut. Memperbanyak latihan-latihan, yang merupakan bagian dari salah satu asas pengajaran bahasa Arab yang dikenal dengan al diqqah, akan sangat membantu dalam pelaksanaan evaluasi belajar bahasa Arab.
Mengingat pentingnya evaluasi dalam pembelajaran bahasa Arab, maka rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah:
1. Apa defenisi Evaluasi?
2. Bagaimana Fungsi Evaluasi dalam pembelajaran bahasa Arab?
3. Bagaimana Tekhnik Evaluasi dalam pengajaran bahasa Arab?

PEMBAHASAN
A. Defenisi Evaluasi
Secara etimologi kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation (dari kata value yang artinya nilai); dalam bahasa Arab al taqdir (التقدير), dalam bahasa Indonesia berarti penilaian.
Secara terminologi, Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek dan masih banyak yang lain. Sedangkan Wand dan Brown mengemukakan Evaluasi merupakan suatu proses menentukan nilai dari sesuatu. Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi, dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Penilaian tidak sama dengan pengukuran, tetapi saling terkait satu dengan yang lainnya. Pengukuran adalah usaha untuk mengetahui karena banyak hal yang telah dimiliki oleh siswa setelah mempelajari keseluruhan materi yang telah disampaikan kepadanya. Pengukuran bersifat kuantitatif, yakni untuk mengetahui atau menentukan luas, dimensi, banyaknya, dan derajat kesanggupan suatu hal atau benda. Tugas pengukuran berhenti sampai mengetahui, “berapa banyak pengetahuan yang telah dimiliki siswa” tanpa memperhatikan arti dan penafsiran terhadap banyaknya pengetahuan yang dimilikinya itu. Jika hasil pengukuran itu ditafsirkan artinya berdasarkan norma-norma dan kriteria tertentu, maka tugas ini merupakan tanggung jawab “penilaian”.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan pendidik mencakup dua hal yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.
Evaluasi hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk:
1. Peserta akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan.
2. Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan tingkah laku yang diinginkan.
Kesinambungan tersebut merupakan dinamika proses belajar sepanjang hayat, dan pendidikan yang berkesinambungan. Dikatakan demikian karena kesenjangan itu akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, dan hal tersebut perlu dievaluasi secara terus menerus untuk mengetahui kebutuhan berikutnya.

B. Fungsi Evaluasi dalam pembelajaran bahasa Arab.
Penilaian merupakan salah satu dari tiga aspek dalam proses belajar mengajar yang meliputi 1. Tujuan Pengajaran, 2. Prosedur belajar mengajar, dan 3. Penilaian hasil belajar.
Sejalan dengan prinsip dalam evaluasi, yaitu adanya triangulasi, atau hubungan erat ketiga komponen diatas.
Penilaian menempati dan merupakan aspek yang penting karena berkenaan dengan tercapainya tujuan pengajaran, kelancaran dan efisiensi prosedur intruksional, dan penentuan tingkat keberhasilan yang telah dicapai. Dengan demikian, aspek penilaian dapat ditempatkan sebagai titik sentral dalam proses pembelajaran.
Transformasi dalam proses pembelajaran adalah proses untuk membudayakan dan memberdayakan peserta didik. Lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya transformasi. Keberhasilan transformasi untuk menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan dipengaruhi dan/atau ditentukan oeh bekerjanya komponen/unsur yang ada dalam lembaga pendidikan, meliputi : Pendidik dan personal lainnya, isi pendidikan, sistem evaluasi, Sarana pendidikan, dan sistem administrasi.
Untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas transformasi dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa Arab, perlu dilaksanakan evaluasi terhadap bekerjanya unsur-unsur transformasi. Keluaran dalam proses pembelajaran bahasa adalah peserta didik yang semakin memahami dan menguasai materi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk mengetahui menetapkan apakah peserta didik telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan lembaga pendidikan atau belum, diperlukan kegiatan evaluasi.
Evaluasi (penilaian) dalam pembelajaran merupakan bagian penting dalam suatu sistem intruksional. Karena itu, penilaian mendapat tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi edukatif: Evaluasi adalah suatu subsistem dalam sistem pendidikan yang bertujuaN untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan sistem dan /atau salah satu subsistem pendidikan. Bahkan dengan evaluasi dapat diungkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam proses pendidikan.
2. Fungsi Institusional: Evaluasi berfungsi mengumpulkan informasi akurat tentang input dan output pembelajaran di samping proses pembelajaran itu sendiri. Dengan evaluasi dapat diketahui sejauh mana siswa mengalami kemajuan dalam proses pembelajaran.
3. Fungsi diagnostik: Dengan evaluasi dapat diketahui kesulitan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh siswa dalam proses/kegiatan belajarnya. Dengan informasi tersebut maka dapat dirancang dan diupayakan untuk menaggulangi dan atau membantu yang bersangkutan untuk mengatasi kesulitannya dan atau memecahkan masalahnya.
4. Fungsi administratif : Evaluasi menyediakan data tentang kemajuan belajar siswa, yang pada gilirannya berguna untuk memberikan sertifikasi (tanda kelulusan) dan untuk melanjutkan studi lebih lanjut dan atau untuk kenaikan kelas. Jadi, hasil evaluasi memilki fungsi administratif. Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan guru-guru dalam proses belajar mengajar (PBM), hal ini berdaya guna untuk kepentingan supervisi.
5. Fungsi kurikuler: Evaluasi berfungsi menyediakan data dan informasi yang akurat dan berdaya guna bagi pengembangan kurikulum (perecanaan, uji coba di lapangan, implementasi, dan revisi)
6. Fungsi manajemen: Komponen evaluasi merupakan bagaian integral dalam sistem manajemen, hasil evaluasi berdaya guna sebagai bahan bagi pimpinan untuk membuat keputusan manajemen pada semua jenjang pendidikan.
Disamping beberapa fungsi evaluasi yang disebutkan diatas, evaluasi memiliki fungsi tertentu jika dikaitkan khusus dengan pendidik dan peserta didik dan sekolah. Fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
Fungsi evaluasi bagi pihak sekolah yaitu
a. Mengukur ketepatan kurikulukum/silabus
b. Bahan pertimbangan untuk menetapkan langkah-langkah dalam program berikutnya
c. Mengukur tingkat kemajuan sekolah
d. Mengukur keberhasilan siswa mengajar
e. Pertimbangan untuk meningkatkan prestasi kerja
Fungsi evaluasi bagi pendidik yaitu:
a. Menyeleksi siswa
b. Penempatan siswa
c. Diagnosa atas kekurangan dan kelemahan siswa dan mencari penyebabnya.
d. Mengukur ketepatan materi
e. Bahan pertimbangan untuk program yang akan datang
Fungsi evaluasi bagi peserta didik yaitu:
a. Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa
b. Memberi dorongan belajar bagi siswa
c. Laporan bagi oarang tua siswa

C. Tekhnik Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam kaitannya dengan evaluasi pembelajaran, Moekijat mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara umum adalah sebagai berikut.
1. Evaluasi belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar isian pertanyaan.
2. Evaluasi belajar keterampilan, dapat dilakukan dengan ujin praktek, analisis tugas, serta evaluasi oleh peserta didik sendiri.
3. Evaluasi belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar isian sikap dari diri sendiri, daftar isian sikap ayang disesuaikan dengan tujuan program, dan skala deferensial sematik (SDS).
Pembelajaran bahasa Arab yang termasuk pembelajaran pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan dan bisa berupa ujian praktek. Nantinya akan dilakukan evaluasi sesuai dengan maharah yang diajarkan.
Evaluasi atau penilaian pembelajaran biasanya dilaksanakan dengan cara menyelenggarakan ulangan harian dan ulangan umum. Guru bukan harus mengetahui kompetensi peserta didik setelah pembelajaran dan pembentukan kompetensi, tetapi harus pula mengetahui bagaimana perubahan dan kemajuan perilaku peserta didik setelah proses pembelajaran. Itulah yang disebut evaluasi hasil belajar peserta didik yang selanjutnya diberi istilah evaluasi atau penilaian.
Penilaian atau evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan pengajaran sebuah bahasa. Sayangnya, banyak guru mengalami ketidak-jelasan tentang langkah dan cara penilaian sehingga menimbulkan penilaian yang tidak tepat. Karena itu, memerlukan sistem penilaian khusus untuk setiap kegiatan pengajaran bahasa Arab.
Ketika memberi penilaian, seorang pengajar hendaknya memberi penilaian yang bukan semata-mata berdasarkan ukuran angka untuk kegiatan belajar tertentu, tetapi harus melakukan usaha perbaikan kualitas atau prestasi peserta didik ditingkat pelajaran berikutnya, dan memberi pembinaan motivasi belajar lebih kuat. Karena itu, penilaian harus dipusatkan bukan pada kekurangan-kekurangan peserta didik, melainkan pada kemampuan-kemampuan yang telah diperolehnya. Cara demikian akan menimbulkan perasaan berharga di kalangan peserta didik, mereka sanggup melakukan sesuatu dan menjadi pendorong untuk melakukan tugasnya lebih lanjut.
Hasil penilaian harus menjadi bahan bagi kajian tentang perencanaan kegiatan-kegiatan berikutnya yang diharapkan dapat membantu proses perbaikan kekurangan para peserta didik. Juga dapat digunakan untuk mengukur kemajuan-prestasi yang telah dicapai sesuai dengan rencana kurikuler yang telah diterapkan. Jadi pendidik menunjukkan kepada para peserta didik tentang sasaran yang harus dicapai sebagaimana yang diterapkan kurikulum, bukan menekankan kekurangan-kekurangan peserta didik. Ini harus menjadi perhatian utama bila pendidik hendak menyampaikan hasil penilaian kepada pesertanya secara lisan. Penyampaian itu harus dapat mendorong atau memberi motivasi kepada para peserta didik agar belajar lebih lanjut, bukan untuk mematikan semangat belajarnya.
Evaluasi juga dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana tujuan dari pembelajaran bahasa Arab yang terdiri dari maharat al arba’ah tercapai. Perlu diketahui bahwa tujuan umum pembelajaran bahasa Arab adalah: 1) agar siswa dapat memahami al-Qur’an dan hadis sebagai sumber ajaran islam, 2) agar siswa dapat memahami buku-buku agama yang ditulis dalam bahasa Arab, 3) supaya pandai mengarang dan berbicara dalam bahasa Arab, 4) sebagai alat pembantu alat keahlian, dan 5) untuk membina ahli bahasa yang profesional.
Setelah memahami tujuan umum dari pembelajaran bahasa Arab, maka terdapat tujuan-tujuan khusus yang disesuaikan dengan kehendak yang ingin dicapai oleh peserta didik pada tiap-tiap maharah. Berikut ini ada beberapa langkah-langkah evaluasi pengajaran bahasa Arab, yaitu:
1. Evaluasi kegiatan menyimak (Istima’)
Untuk mengetahui apakah seorang peserta didik sudah memahami apa yang didengarnya dari pembicaraan, ungkapan ungkapan, cerita pendek ataukah tidak, Setiap melakukan latihan menyimak berupa istima’ harus dilengkapi dengan pengajuan pertanyaan pertanyaan berbentuk multiple choice atau benar salah. Cara lain yang dapat diberikan adalah latihan menyimak dan membedakan bunyi bahasa secara lisan dan memahami tekhnik pendiktean.
Setelah berbagai pengalaman belajar telah diberikan kepada peserta didik, pendidik harus segera melakukan penilaian untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran kemahiran menyimak tercapai. Penilaian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah masih ada kekurangan dalam teknik penyajian, teknik latihan, jumlah penyajian, serta dalam hal penggunaan sarana materi. Hasil hasil dari penilaian tersebut dapat digunakan sebagai feedback untuk menambah, mengurangi, memperbaiki, menyempurnakan, bahkan mengganti langkah yang digunakan.
Hal hal yang perlu terjawab dalam melakukan evaluasi adalah pencapaian tujuan kurikuler dan instruksionalnya.
a. Apakah peserta didik sudah dapat mengenali bunyi bunyi bahasa Arab?
b. Apakah peserta didik sudah dapat memahami bunyi unsur kata?
c. Apakah peserta didik sudah dapat memahami isi yang didengarnya?
d. Apakah peserta didik telah pandai menangkap pokok pokok pikiran pembicaraan?
e. Apakah peserta didik juga dapat mengenal pikiran tambahan?
f. Apakah peserta didik mampu mendengarkan secara kritis?
g. Apakah para peserta didik melatih dan mengembangkan kemahiran menyimak diluar kelas?
2. Evaluasi kegiatan bercakap (Muhadatsah).
Dalam melakukan evaluasi terhadap pembelajaran bahasa Arab, hendaknya dilakukan secara spesifik sehingga kemampuan pesrta didik dapat diketahui secara seksama. Hal ini akan membantu pendidik mengetahui betul keunggulan-keunggulan peserta didiknya dan hal-hal lain yang tertinggal.
Untuk menghindari penilaian yang hanya berdasarkan kesan umum, khususnya untuk kegiatan kemahiran berbicara ini , berikut ini adalah langkah dan cara penilaian yang lebih nyata dan terperinci.
Cara penilaian ini digunakan bagi penilaian secara individual dan kelompok, temasuk kelas. Pelaksanaan pengisian kelompok-kelompok dalam daftar penilaian tidak harus dilakukan sekaligus, pengajaran boleh menentukan unsur-unsur mana yang hendak dinilai dalam sebuah kegiatan pembelajaran.
3. Evaluasi kegiatan membaca (Qiraah ).
Untuk mengetahui hasil pelajaran kemahiran membaca apakah sudah mencapai target tujuan yang diharapkan atau belum, tiga hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a. Pengenalan simbol-simbol tulisan arab yang dapat diketahui dari bacaan peserta didik. Cara ini akan dapat mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam mengenal dan menguasai simbol-simbol tulisan Arab serta kelancaran membaca bunyi dengan benar.
b. Persiapan peserta didik memahami isi yang sudah diberikan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Sebuah pertanyaan diajukan untuk mengetahui apakah mereka sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
c. Mengajukan pertanyaan multiple choice, B-S (true-false), tanya jawab, menyempurnakan yang kosong dan sebagainya akan dapat mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami bacaan. Pertanyaan ini pun dapat menilai seberapa banyak kosakata yang sudah diserap peserta didik, apakah sudah cukup sesuai dengan tingkatnya atau masih kurang; apakah pelajar terampil dalam menuangkan pendapatnya dengan kalimat yang baik ataukah tidak; apakah pelajar sudah mampu menerapkan tata-bahasa ketika membaca; apakah pelajar sudah mampu membaca kata dan kalimat bahasa Arab tanpa harakah; apakah pelajar sudah mampu menarik kesimpulan dari bahan bacaan; dan apakah pelajar sudah mampu menceritakan kembali bahan bacaan yang telah dibacanya.
d. Kerajinan peserta didik dalam membaca buku bacaan di luar kelas, apakah peserta didik rajin membaca bahan bacaan lain atau tidak, apakah pelajar rajin mengunjungi perpustkaan buku-buku berbahasa Arab atau apakah peserta didik sudah cukup kritis dalam menghadapi suatu bahan bacaan atau tidak.
Catatan atau penilaian terhadap seluruh kegiatan membaca, sejak persiapan hingga sikap peserta didik, sangat penting bagi pendidik, untuk menentukan lagkah pelaksanaan pengajaran selanjutnya. Hasil penilaian ini dapat menjadi pendukung dalam menentukan apakah tahun pelajaran berikutnya perlu perubahan bahan-bahan bacaan, baik pengurangan, penambahan, perbaikan, dan urutan penyajian bahan, atau tidak. Seperti halnya dalam penilaian berbicara, penilaian kemahiran membaca pun sebaiknya pengajar bahasa mempunyai formulir khusus yang memberi gambaran tentang seluruh kegiatan membaca.
4. Evaluasi kegiatan menulis (Kitabah)
Cara menilai kemahiran menulis bahasa Arab harus mencakup keterampilan membentuk alfabet Arab; mengeja (spelling), dan mengarang dan kemahiran menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
Dari tulisan peserta didik tentang huruf Arab di dalam buku bergaris, baik hasil tulisan salinan (copying) dari tulisan guru di papan tulis atau buku bacaan atau buku khusus yang disediakan (seperti memakai titik-titik) maupun imla (dikte) pertanyaan–pertanyaan berikut ini akan terjawab secara tuntas.
a. Apakah pelajar sudah mampu menulis bentuk-bentuk huruf Arab ketika berdiri sendiri atau ketika dirangkai dalam suatu kata, seperti di awal, tengah, dan akhir tulisan naskh?
b. Apakah sudah tertanam kebiasaan baru dalam menulis Arab?
c. Berdasarkan bentuk tulisan dan cara menulisnya, kemampuan siswa dapat apakh masih terpengaruh oleh tulisan bahasa pelajar?
d. Apakah pelajar sudah memahami huruf-huruf qamariyah dan syamsiyya?
e. Apakah pelajar sudah mampu merangakaikan huruf-huruf Arab yang berdiri sendiri?
f. Apakah pelajar sudah memahami tanda-tanda bunyi kebahasan mengenai hamzatul-washli dan hamzatul-qath’i?
g. Apakah sudah sampai saatnya untuk mengalirkan tulisan “naskh” ke dalam tulisan “riq’ah”? sudah sampaikah saatnya guru memberikan variasi tulisan Arab?
h. Apakah pelajar berbakat untuk mengembankan tulisan indah (khat)
i. Apakah pelajar cukup teliti dalam meniru dan melaksanakan tulisan Arab?
j. Apakah tulisan pelajar itu bersih sehingga jelas dapat dibaca orang lain?
Berdasarkan bentuk tulisan Arab dan ucapan murid kemahiran mengeja huruf-huruf Arab akan dapat diketahui sehingga pertanyaan berikut akan terjawab.
a. Apakah pelajar sudah mampu mengeja kata-kata yang diberikan guru?
b. Apakah pelajar sudah mampu menuliskan ejaan Arab yang disampaikan secara lisan?
c. Apakah pelajar sudah mampu mengeja sesuatu tulisan yang diragukan kebenarannya dan ditanyakan kepada guru?
Adapun beberapa macam cara dan teknik latihan mengarang dan terbimbing dengan cara mengetahui kemampuan pelajar dangan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
a. Apakah pelajar sudah cukup cermat dalam menyalin (copying) bacaan berbahasa Arab?
b. Apakah pelajar mampu mengganti salah satu unsur dalam kalimat ketika membuat tabel subsitusi?
c. Apakah pelajar mampu mengatasi dan menyempurnakan kalimat dengan kata-kata yang tepat dalam konteks dan situasi tertentu?
d. Apakah pelajar mampu mengubah kalimat aktif menjadi pasif, berita menjadi tanya, dan positif menjadi negatif?
e. Apakah pelajar sudah mampu membedakan kalimat yang sudah lewat dan kalimat yang sedang dan akan berlaku?
f. Apakah pelajar mampu membuat bentuk kalimat suruhan dan larangan sesuai dengan jenis dan jumlahnya yang diperintah atau dilarang?
g. Apakah pelajar mampu mengubah kalimat dengan unsur mmufrad menjadi mutsanna (dual form) dan menjadi kalimat jama”?
h. Apakah pelajar telah menguasai tashrif (Konjugasi) fi’il madhi, mudhari’, dan amr?
i. Apakah pelajar memahami jumlah ismiyah dan fi’liyah?
j. Apakah pelajar sudah benar-benar menguasai marfu atul asma, mashubatul-asma, dan majruratul asma?
k. Apakah pelajar sudah mampu menyusun kalimat dengan menerjemahkan kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan pendek?
l. Apakah pelajar sudah mampu menyingkap atau membuat iktihsar bacaan-bacaan terpilih dengan menggunakan kata-kata pelajar sendiri?
m. Apakah pelajar sudah mampu menceritakan gambar yang dilihat atau pekerjaan yang dilakukan pelajar sehari-hari sejak bangun tidur sampai saat pergi tidur?
n. Apakah pelajar sudah mampu menuliskan peristiwa-peristiwa yang dialaminya secara deskriktip?
o. Apakah pelajar sudah mampu menuliskan perbuatan yang biasa dilakukan pelajar dalam kehidupan sehari-hari?
p. Apakah pelajar sudah mampu membuat surat-surat pribadi dan resmi dengan bahasa Arab?
q. Apakah pelajar sudah mampu membuat surat-surat ucapan selamat, dan menyatakan turut bergembira atau berduka cita?
Untuk penilaian terhadap karangan bebas, pertanyaan-pertanyaan sifatnya umum dapat digunakan dalam penilaian. Lalu disusun kembali atau dikembangkan sesuai dengan keperluan dan kemampuan pelajar.
a. Apakah topik cukup terbatas sehingga tidak terlalu luas?
b. Apakah pragraf telah memperlihatkan kesatuan gagasan atau peristiwa?
c. Apakah ada peraturan antara pragraf yang satu dengan pragraf berikutnya?
d. Apakah susunan kalimat dan hubungan antara kalimat yang satu dengan yang lainnya sudah memperlihatkan adanya ketertiban berpikir?
e. Apakah pemilihan kata, ungkapan, kalimat, dan istilah sesuai dengan situasi dan konteksnya?
f. Apakah penulisan huruf Arab dan penggunaan tanda baca telah sesuai dengan ejaan-ejaan yang berlaku?
g. Apakah Pengunaan proposisi (kata sambung) sudah tepat dan sesuai dengan yang dimaksud?
h. Apakah rupa karangan rapi atau bersih?
i. Apakah uraian secara keseluruhan konsisten dengan judulnya?
Setiap langkah evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran bahasa Arab senantiasa harus dirujuk pada materi yang telah disajikan kepada peserta didik dan sesuai dengan level atau tingkatan kelas masing masing peserta didik agar hasil dari suatu proses dapat diketahui dengan sesungguhnya.

PENUTUP
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk mengetahui sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah dicapai. Dalam pembelajaran bahasa Arab, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran. Pelaksanaan Evaluasi terhadap pembelajaran berbahasa Arab disesuaikan dengan materi dari masing masing empat keahlian berbahasa Arab.
Evaluasi memiliki beberapa fungsi yaitu, Fungsi edukatif, Institusional, diagnostik, administratif , kurikuler, manajemen. Tujuan dari evaluasi tersebut memiliki sasaran untuk mengetahui kemampuan, kepribadian, sikap-sikap, dan intelegensi peserta didik.
Pembelajaran bahasa Arab sebagi bahasa asing memiliki suatu prinsip yang sejalan dengan pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran secara umum yaitu prinsip “Pemantapan dan pendalaman”. Evaluasi yang dilakukan secara rutin dan berkesinambunagan tentu saja memberi hasil yang mantap dan memuaskan. Karena dengan evaluasi dapat dilakukan revisi dalam segala hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

Daftar Pustaka

Arsyad, Azhar Bahasa Arab dan Metode pengajarannya Cet.II; Jakarta: Pustaka Pelajar. 2005

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta , 2002

Izzan Ahmad, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. II; Bandung: Humaniora , 2007

Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung Rosda Karya, 2004

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001

-----------, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo , 1990

Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi pendidikan, Cet.V; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005

Suharsimi Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet.V; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Cet ke lima; Bandung; Alfabeta, 2003







Read more.....

Thursday, February 26, 2009

Kitabah

ASAS-ASAS PENGAJARAN BAHASA ASING
DAN APLIKASINYA DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB

Sungguh ,
Kami telah menurunkan AlQu’an
Dengan Bahasa Arab
Agar kalian menjadi orang orang berakal
(QS. Yusuf, 12;2)

I.PENDAHULUAN
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 negara.1 Disamping itu juga bahasa Arab memiliki signifikansi bagi ratusan juta muslim di dunia karena ia merupakan bahasa alqur’an. Seorang professor linguistik, Hilary Wise sebagaimana yang dikutip oleh Azhar Arsyad “As the language of the Koran the holy book of Islam, it is taught as a second language in Muslim states throughout the world.”
Akhir akhir ini signifikansi bahasa Arab tidak hanya pada dunia muslim saja tapi sudah mengglobal meskipun belum sepepuler bahasa Inggris. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya minat belajar bahasa Arab di barat. Di Amerika, contohnya, hampir tidak ada perguruan tinggi yang tidak menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu mata kuliah, termasuk perguruan tinggi Kristen dan Katholik.
Demikian pula di Indonesia, sebagai Negara berpenduduk terbanyak muslim di Dunia, Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang juga banyak dipelajari oleh masyarakat. Oleh karena itu mesti dikaji adanya metode pembelajaran bahasa arab yang tepat bagi orang-orang yang bukan asli Arab. Untuk jauh mengkaji dan melahirkan metode metode tepat terhadap pembelajaran bahasa Arab, maka perlu berangkat pada hal hal teoritis berupa pemahaman akan prinsip-prinsip atau asas-asas pembelajaran bahasa arab sebagai bahasa asing.
Belajar Bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode, materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan Bahasa Arab meliputi kemampuan menyimak (mahaarah al–Istima’), kemampuan berbicara (mahaarah al-takallum), kemampuan membaca (mahaarah al-qira’ah), dan kemampuan menulis (mahaarah al - Kitaabah).
Pembelajaran bahasa asing memiliki seni tersendiri. Ada banyak persepsi yang muncul tentang pembelajaran bahasa asing, bahwa belajar bahasa orang lain itu susah karena harus banyak menghafal dan harus dimulai dari awal. Disisi lain ada yang berasumsi bahwa belajar bahasa asing itu menyenangkan dan lucu, dan masih banyak lagi persepsi lain yang muncul. Lahirnya persepsi itu akan sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajar bahasa asing individu tersebut. Seperti halnya bahasa Arab, ada yang menganggap mudah untuk mempelajarinya serta tidak sedikit pula yang menganggapnya susah untuk di pelajari. Semua kesan yang muncul tersebut sangat terkait dengan pengalaman belajar mereka, dan tentu saja metode-metode pembelajaran yang disuguhkan pada mereka.
Karena begitu pentingnya asas asas pengajaran bahasa asing sebelum melahirkan suatu metode baru maka dalam makalah ini akan dibahas lebih jauh tentang bagaimana asas asas pembelajaran bahasa asing dan aplikasinya dalam pembelajaran bahasa Arab.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata “Asas“ dalam bahasa Inggris diartikan Principle atau basis. Sedangkan dalam kamus Indonesia kata “Asas” diartikan dengan pokok, dasar, prinsip, dan pundamen. Adapun “dasar” dalam kamus umum bahasa Indonesia mempunyai arti; tanah yang dibawah air, bagian yang terbawah, lantai, latar, bakat, pembawaan dan sebagainya. Berdasarkan makna kebahasaan ini, maka asas yang berarti prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang bersifat asasi dan mendasar yang harus ada pada suatu bangunan mengenai sesuatu, termasuk bangunan metodologi pengajaran. Bahasa Arab sebagai bahasa asing, pengajarannya memiliki beberapa tujuan, dan untuk mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan asas asas atau prinsip prinsip pengajaran bahasa asing Arab. Prinsip tersebutlah yang akan memandu pengajar dalam menjalankan proses pembelajaran bahasa asing arab.
B. Prinsip-prinsip pengajaran Bahasa Arab
Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab asing, yaitu prinsip prioritas presentasi, prinsip gradasi, koreksitas dan pendalaman, prinsip motivasi, prinsip penghayatan dan pemantapan;
1. Prioritas Presentasi ( (اوليات التقديم
Yang dimaksud dengan prioritas disini adalah, mendahulukan hal hal yang dianggap perlu dan mudah sehingga materi dapat terstruktur dengan baik. Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu;
a). Mendengar dan berbicara terlebih dahulu dari pada menulis.
Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa yang baik adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang alami pada manusia, yaitu setiap anak akan mengawali perkembangan bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak harus lebih dulu dibina, kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek lainnya seperti membaca dan menulis. Ada beberapa teknik melatih pendengaran/telinga, yaitu:
Guru bahasa asing (Arab) hendaknya mengucapkan kata-kata yang beragam, baik dalam bentuk huruf maupun dalam kata. Sementara peserta didik menirukannya di dalam hati secara kolektif..
Guru bahasa asing kemudian melanjutkan materinya tentang bunyi huruf yang hampir sama sifatnya. Misalnya: ه - ح, ء - ع س– ش, ز – ذ , dan seterusnya.
Selanjutnya materi diteruskan dengan tata bunyi yang tidak terdapat di dalam bahasa ibu (dalam hal ini bahasa Indonesia) peserta didik, seperti: خ, ذ, ث, ص, ض dan seterusnya. Adapun dalam pengajaran pengucapan dan peniruan dapat menempuh langkah-langkah berikut.
1.Peserta didik dilatih untuk melafalkan huruf-huruf tunggal yang paling mudah dan tidak asing, kemudian dilatih dengan huruf-huruf dengan tanda panjang dan kemudian dilatih dengan lebih cepat dan seterusnya dilatih dengan melafalkan kata-kata dan kalimat dengan cepat. Misalnya: بى, ب, با, بو dan seterusnya.
2.Mendorong peserta didik ketika proses pengajaran menyimak dan melafalkan huruf atau kata-kata untuk menirukan intonasi, cara berhenti, maupun panjang pendeknya.
b). Mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan kata.
Dalam mengajarkan struktur kalimat, sebaiknya mendahulukan mengajarkan struktur kalimat/nahwu, baru kemudian masalah struktur kata/sharaf. Dalam mengajarkan kalimat/jumlah sebaiknya seorang guru memberikan hafalan teks/bacaan yang mengandung kalimat sederhana dan susunannya benar.
Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru bahasa Arab dapat memilih kalimat yang isinya mudah dimengerti oleh peserta didik dan mengandung kalimat inti saja, bukan kalimat yang panjang (jika kalimatnya panjang hendaknya di penggal – penggal). Contoh:
اشتريت سيارة صغيرة بيضاء مستعملة مصنوعة في اليا بان
Kemudian dipenggal - penggal menjadi :
اشتريت سيارة
اشتريت سيارة صغيرة
اشتريت سيارة صغيرة بيضاء
c). Mendahulukan kosa kata yang dekat dengan peserta didik
Dalam pembelajaran kosa kata maka harus dimulai dengan memilih kosa kata yang lebih mudah dan selanjutnya bertahap pada pemberian kosa kata ilmiah. Selain itu pilih kosa kata yang bermakna bagi mereka, yaitu, kosa kata yang dekat dengan kondisi mereka. Pemberian kosa kata yang dekat kepada kondisi peserta didik akan memberi kesan kuat bagi mereka, sehingga mudah bagi mereka untuk memahami dan menghafalnya.
d). Membiasakan menggunakan bahasa seperti penutur asli gunakan.
Dalam pembelajaran bahasa Arab modern, pengajar dituntut untuk mampu menggunakan bahasa arab dengan tepat sebagaimana layaknya penutur asli berbahasa. Membiasakan mengucapkan dengan cepat dan tepat sehingga peserta didik tidak terbiasa lambat dalam memahami dan memikirkan artinya.
Peserta didik membutuhkan keterbiasaan sesegera mungkin akan bunyi yang belum familiar bagi mereka. Patut disadari pula bahwa bahasa baru yang mereka sedang pelajari tidak bisa dijadikan objek terakhir atau mata pelajaran/mata kuliah apa adanya. Bahasa Arab harus dikomunikasikan didalam ataupun luar kelas.
2. Prinsip Gradasi ( التدرج)
Yang dimaksud dengan prinsip gradasi adalah Bertahap atau berjenjang, jika dilihat dari sifatnya, ada beberapa kategori
a) pergeseran dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang global ke yang detail, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui.
b) ada kesinambungan antara apa yang telah diberikan sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan selanjutnya, dan
c) ada peningkatan bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baik jumlah jam maupun materinya.
Demikian pula harus diperhatikan tahap/jenjang pembelajaran kosa kata, qawaid dan maknanya.
Jenjang pengajaran mufrodat
Pembelajaran kosa kata hendaknya mempertimbangkan dari aspek penggunaannya bagi peserta didik, yaitu diawali dengan memberikan materi kosa kata yang banyak digunakan dalam keseharian dan berupa kata dasar. Selanjutnya memberikan materi kata sambung. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat menyusun kalimat sempurna sehingga terus bertambah dan berkembang kemampuannya.
Jenjang Pengajaran Qawaid (Morfem)
Dalam pengajaran Qawaid, baik Qawaid Nahwu maupun Qawaid Sharaf juga harus mempertimbangkan kegunaannya dalam percakapan/keseharian. Dalam pengajaran Qawaid Nahwu misalnya, harus diawali dengan materi tentang kalimat sempurna (Jumlah Mufiidah), namun rincian materi penyajian harus dengan cara mengajarkan tentang isim, fi’il, dan huruf.
Tahapan pengajaran makna (دلالة المعانى)
Dalam mengajarkan makna kalimat atau kata-kata, seorang pengajar bahasa Arab hendaknya memulainya dengan memilih kata-kata/kalimat yang paling banyak digunakan/ditemui dalam keseharian meraka. Selanjutnya makna kalimat lugas sebelum makna kalimat yang mengandung arti idiomatik.
3. Prinsip korektisitas dan pendalaman (الدقة)
Prinsip ini diterapkan ketika sedang mengajarkan materi الأصوات (fonetik), التراكب (sintaksis), dan المعانى (semiotik). Maksud dari prinsip ini adalah seorang guru bahasa Arab hendaknya jangan hanya bisa menyalahkan pada peserta didik, tetapi ia juga harus mampu melakukan pembetulan dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada hal-hal berikut: Pertama, korektisitas dalam pengajaran (fonetik). Kedua, korektisitas dalam pengajaran (sintaksis). Ketiga, korektisitas dalam pengajaran (semiotik).
a). Korektisitas dalam pengajaran fonetik
Pengajaran aspek keterampilan ini melalui latihan pendengaran dan ucapan. Jika peserta didik masih sering melafalkan bahasa ibu, maka guru harus menekankan latihan melafalkan dan menyimak bunyi huruf Arab yang sebenarnya secara terus-menerus dan fokus pada kesalahan peserta didik.
b). Korektisitas dalam pengajaran sintaksis
Perlu diketahui bahwa struktur kalimat dalam bahasa satu dengan yang lainnya pada umumnya terdapat banyak perbedaan. Korektisitas ditekankan pada pengaruh struktur bahasa ibu terhadap Bahasa Arab. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kalimat akan selalu diawali dengan kata benda (subyek), tetapi dalam bahasa Arab kalimat bisa diawali dengan kata kerja ( فعل ).
c). Korektisitas dalam pengajaran semiotik
Dalam bahasa Indonesia pada umumnya setiap kata dasar mempunyai satu makna ketika sudah dimasukan dalam satu kalimat. Tetapi, dalam bahasa Arab, hampir semua kata mempunyai arti lebih dari satu, yang lebih dikenal dengan istilah mustarak (satu kata banyak arti) dan mutaradif (berbeda kata sama arti). Oleh karena itu, pengajar bahasa Arab harus menaruh perhatian yang besar terhadap masalah tersebut. Ia harus mampu memberikan solusi yang tepat dalam mengajarkan makna dari sebuah ungkapan karena kejelasan petunjuk.
4. Motivasi (عنصر التشويق)
Seorang pengajar bahasa arab harus mampu membuat pengajaran menyenangkan sehingga bisa menarik perhatian, motivasi dan minat belajar bahasa arab peserta didik. Untuk membuat suatu pengajaran bahasa menarik, maka hal yang sangat menentukan adalah metode yang digunakan oleh pengajar bahasa.
Seorang pengajar bahasa Arab harus mampu membangun minat siswa dalam belajar bahasa Arab, karena tidak semua peserta didik mempunyai minat dan keinginan yang sama dalam belajar bahasa Arab. Untuk itulah seorang pengajar bahasa harus mampu membangun minat siswa entah dengan memodifikasi metode pembelajaran atau dengan pendekatan kepada Peserta didik.
Ciptakan suasana yang positif yang dapat mendukung peserta didik dalam belajar bahasa Arab. Karena mereka dapat kehilangan minatnya untuk belajar jika kita tidak dapat menciptakan suasana yang positif dalam pembelajaran.
Selain itu, tawa dan senyum seorang pengajar misalnya dapat dianggap sebagai pembantu pembangkit suasana yang menyenangkan, begitu pula cerita lelucon dalam bahasa Arab, anekdot-anekdot, permainan dan seterusnya, kesemuanya dapat memecahkan kebekuan dalam proses pembelajaran.
Motivasi perlu dimiliki oleh para siswa dan pengajar untuk memperlancar pembelajaran. Dalam konsep pembelajaran, motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dalam proses pembelajaran, para guru perlu mendesain motivasi yang tepat terhadap anak didik agar mereka dalam belajar mengeluarkan potensinya dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal.
Ada beberapa langkah yang bisa membantu pengajar bahasa dalam menciptakan motivasi belajar bahasa Arab bagi siswanya, yaitu:
a). Memberi dorongan secara continue.
Dalam pembelajaran modern, seorang pendidik memulai suatu proses pembelajaran dengan terlebih dahulu memberi beberapa positif stimulus pada peserta didiknya sehingga memancing mereka untuk memberi respon, dan akhirnya akan menciptakan suasana interaksi yang menarik dalam proses pembelajaran tersebut.
b). Variasi dalam pengajaran
Variasi dalam pengajaran merupakan salah satu hal penting dalam mendukung pembelajaran peserta didik. Jika tidak dapat menciptakan variasi dalam pengajaran, maka peserta didik dapat merasa bosan dengan materi ajar yang dapat juga menghilangkan minat mereka dalam belajar bahasa Arab.
Cobalah untuk mengintegrasikan beberapa keterampilan sebisa mungkin. Contohnya, integrasikan keteramapilan dalam membaca dengan menulis atau keterampilan mendengarkan dengan berbicara atau bahkan ke 4 keterampilan yang ada dalam pembelajaran bahasa Arab. Dengan demikian, peserta didik akan dapat menjadi lebih aktif dan pembelajaran menjadi lebih efektif. Selain itu, dituntut untuk selalu mendaur ulang materi ajar. Materi ajar yang sama akan lebih menarik jika di presentasikan dengan cara yang berbeda. Dengan demikian peserta didik tidak akan merasa bosan belajar bahasa.
Disamping itu pemilihan metode yang tepat dengan suasana dan kondisi si peserta didik akan membuat suasana pembelajaran lebih hidup.
c). Menciptakan suasana kompetitif diantara peserta didik
Secara psikologis, setiap orang selalu ingin lebih dari orang lain. Pengelolaan kelas/ruangan yang kompetitif akan mendorong siswa untuk selalu antusias menerima materi pelajaran bahasa yang diberikan. Kondisi kelas/ruang yang peserta didiknya berkompetitif secara sehat dapat dilihat pada penerapan kelas unggulan.
Di kelas unggulan, setiap peserta diberi kesempatan untuk bisa bergabung di kelas itu dengan syarat nilai mereka pada standar yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam pembelajaran bahasa Arab suasana kompetitif dapat diwujudkan dengan pemberian pemberian reward bagi mereka yang terbaik.
d). Menggunakan unsur/tekhnik permainan dalam latihan
Untuk menghindari adanya kesan kaku dan monoton dalam pembelajaran, maka pengajar bahasa harus mampu menyajikan materi terlebih lagi latihan latihannya dengan menarik. Teknik permainan akan sangat membantu terciptanya suasana tersebut. Penyajian materi dalam bentuk permainan akan memudahkan siswa untuk dapat mentransfer materi yang disajikan.
5. Pemantapan ( الصلابة والمتا نة)
Ada delapan langkah yang diperlukan agar teknik diatas berhasil dan dapat terlaksana, yaitu:
a). Memberikan contoh-contoh sebelum memberikan kaidah gramatika, karena contoh yang baik akan menjelaskan gramatika secara mendalam daripada gramatika saja.
b). Jangan memberikan contoh hanya satu kalimat saja, tetapi harus terdiri dari beberapa contoh dengan perbedaan dan persamaan teks untuk dijadikan analisa perbandingan bagi peserta didik.
c). Mulailah contoh-contoh dengan sesuatu yang ada di dalam ruangan kelas/media yang telah ada dan memungkinkan menggunakannya.
d). Mulailah contoh-contoh tersebut dengan menggunakan kata kerja yang bisa secara langsung dengan menggunakan gerakan anggota tubuh.
e). Ketika mengajarkan kata sifat hendaknya menyebutkan kata-kata yang paling banyak digunakan dan lengkap dengan pasangannya. Misalnya hitam-putih, bundar-persegi.
f). Ketika mengajarkan huruf jar dan maknanya, sebaiknya dipilih huruf jar yang paling banyak digunakan dan dimasukkan langsung ke dalam kalimat yang paling sederhana. Contoh Jumlah ismiyyah:
الكتاب في الصندوق, Contoh jumlah fi’iliyah : خرج الطاب من الفصل
g). Hendaknya tidak memberikan contoh-contoh yang membuat peserta didik harus meraba-raba karena tidak sesuai dengan kondisi pikiran mereka.
h). Peserta didik diberikan motivasi yang cukup untuk berekspresi melalui tulisan, lisan bahkan mungkin ekspresi wajah, agar meraka merasa terlibat langsung dengan proses pengajaran yang berlangsung.
PENUTUP
Sebagai bahasa Asing, Pembelajaran bahasa Arab membutuhkan metode yang berbeda dengan pengajaran bahasa ibu, hal ini karena bahasa Arab memiliki muatan materi yang berbeda dengan bahasa Ibu (dalam hal ini bahasa Indonesia). Dilain sisi, Bahasa Arab dengan bahasa Asing lainnya tidak memiliki perbedaan yang sangat jauh dalam pembelajarannya, hal ini terlihat dengan adanya kesamaan tujuan pembelajaran bahasa asing.
Berhubungan dengan perkembangan metodologi pengajaran bahasa asing, bahasa Arab sendiri mengalami ketertinggalan dalam hal pengajaran, seperti terbatasnya metodologi yang digunakan oleh pengajar bahasa Arab, dan masih banyaknya bahasa Arab mengadopsi metode metode pembelajaran bahasa Inggris. Untuk lebih meninggkatkan pengajaran bahasa Arab baik segi kualitas maupun kuantitas, perlu dilahirkannya metode metode pengajaran bahasa khusus untuk bahasa Arab. Lahirnya metode-metode tersebut tentunya harus berpijak pada asas-asas pengajaran bahasa asing.
Adapun asas asas pengajaran bahasa Arab (asing) yang sudah penulis jelaskan yaitu: prioritas persentasi, gradasi, koreksi dan pendalaman, motivasi, dan pemantapan. Dengan memperhatikan asas asas atau prinsip ini, maka pengajaran akan terarah dan memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
A Partanto Pius, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola

Arsyad Azhar, Madkhal fi Thuruq Ta’lim al Lugat al Arabiyah Li Mudarrisi al Lugat al Arabiyah, Makassar, 1996

Bahasa Arab Dan Metode Pengajarannya, Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Echols John M dan Hassan Sadily, Kamus Indonesia-Inggris, Ed. 3, Cet. VI;
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998

Izzan Ahmad, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. II; Bandung: Humaniora, 2007

Nata Abuddin, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam, Ed. I Bogor: Kencana, 2003

http://www.arabicforall/prinsippengajaranbahasaarab (online), diakses tanggal 31 Mei 2008

http://www.uin-suka.ac.id/tarbiyah/pengajaranbahasaarab, (online), diakses tanggal 31 Mei 2008

Sagala Syaiful, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Cet. V; Bandung: Alfabeta, 2007

Read more.....