Thursday, February 26, 2009

Kitabah

ASAS-ASAS PENGAJARAN BAHASA ASING
DAN APLIKASINYA DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB

Sungguh ,
Kami telah menurunkan AlQu’an
Dengan Bahasa Arab
Agar kalian menjadi orang orang berakal
(QS. Yusuf, 12;2)

I.PENDAHULUAN
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 negara.1 Disamping itu juga bahasa Arab memiliki signifikansi bagi ratusan juta muslim di dunia karena ia merupakan bahasa alqur’an. Seorang professor linguistik, Hilary Wise sebagaimana yang dikutip oleh Azhar Arsyad “As the language of the Koran the holy book of Islam, it is taught as a second language in Muslim states throughout the world.”
Akhir akhir ini signifikansi bahasa Arab tidak hanya pada dunia muslim saja tapi sudah mengglobal meskipun belum sepepuler bahasa Inggris. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya minat belajar bahasa Arab di barat. Di Amerika, contohnya, hampir tidak ada perguruan tinggi yang tidak menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu mata kuliah, termasuk perguruan tinggi Kristen dan Katholik.
Demikian pula di Indonesia, sebagai Negara berpenduduk terbanyak muslim di Dunia, Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang juga banyak dipelajari oleh masyarakat. Oleh karena itu mesti dikaji adanya metode pembelajaran bahasa arab yang tepat bagi orang-orang yang bukan asli Arab. Untuk jauh mengkaji dan melahirkan metode metode tepat terhadap pembelajaran bahasa Arab, maka perlu berangkat pada hal hal teoritis berupa pemahaman akan prinsip-prinsip atau asas-asas pembelajaran bahasa arab sebagai bahasa asing.
Belajar Bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode, materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan Bahasa Arab meliputi kemampuan menyimak (mahaarah al–Istima’), kemampuan berbicara (mahaarah al-takallum), kemampuan membaca (mahaarah al-qira’ah), dan kemampuan menulis (mahaarah al - Kitaabah).
Pembelajaran bahasa asing memiliki seni tersendiri. Ada banyak persepsi yang muncul tentang pembelajaran bahasa asing, bahwa belajar bahasa orang lain itu susah karena harus banyak menghafal dan harus dimulai dari awal. Disisi lain ada yang berasumsi bahwa belajar bahasa asing itu menyenangkan dan lucu, dan masih banyak lagi persepsi lain yang muncul. Lahirnya persepsi itu akan sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajar bahasa asing individu tersebut. Seperti halnya bahasa Arab, ada yang menganggap mudah untuk mempelajarinya serta tidak sedikit pula yang menganggapnya susah untuk di pelajari. Semua kesan yang muncul tersebut sangat terkait dengan pengalaman belajar mereka, dan tentu saja metode-metode pembelajaran yang disuguhkan pada mereka.
Karena begitu pentingnya asas asas pengajaran bahasa asing sebelum melahirkan suatu metode baru maka dalam makalah ini akan dibahas lebih jauh tentang bagaimana asas asas pembelajaran bahasa asing dan aplikasinya dalam pembelajaran bahasa Arab.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata “Asas“ dalam bahasa Inggris diartikan Principle atau basis. Sedangkan dalam kamus Indonesia kata “Asas” diartikan dengan pokok, dasar, prinsip, dan pundamen. Adapun “dasar” dalam kamus umum bahasa Indonesia mempunyai arti; tanah yang dibawah air, bagian yang terbawah, lantai, latar, bakat, pembawaan dan sebagainya. Berdasarkan makna kebahasaan ini, maka asas yang berarti prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang bersifat asasi dan mendasar yang harus ada pada suatu bangunan mengenai sesuatu, termasuk bangunan metodologi pengajaran. Bahasa Arab sebagai bahasa asing, pengajarannya memiliki beberapa tujuan, dan untuk mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan asas asas atau prinsip prinsip pengajaran bahasa asing Arab. Prinsip tersebutlah yang akan memandu pengajar dalam menjalankan proses pembelajaran bahasa asing arab.
B. Prinsip-prinsip pengajaran Bahasa Arab
Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab asing, yaitu prinsip prioritas presentasi, prinsip gradasi, koreksitas dan pendalaman, prinsip motivasi, prinsip penghayatan dan pemantapan;
1. Prioritas Presentasi ( (اوليات التقديم
Yang dimaksud dengan prioritas disini adalah, mendahulukan hal hal yang dianggap perlu dan mudah sehingga materi dapat terstruktur dengan baik. Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu;
a). Mendengar dan berbicara terlebih dahulu dari pada menulis.
Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa yang baik adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang alami pada manusia, yaitu setiap anak akan mengawali perkembangan bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak harus lebih dulu dibina, kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek lainnya seperti membaca dan menulis. Ada beberapa teknik melatih pendengaran/telinga, yaitu:
Guru bahasa asing (Arab) hendaknya mengucapkan kata-kata yang beragam, baik dalam bentuk huruf maupun dalam kata. Sementara peserta didik menirukannya di dalam hati secara kolektif..
Guru bahasa asing kemudian melanjutkan materinya tentang bunyi huruf yang hampir sama sifatnya. Misalnya: ه - ح, ء - ع س– ش, ز – ذ , dan seterusnya.
Selanjutnya materi diteruskan dengan tata bunyi yang tidak terdapat di dalam bahasa ibu (dalam hal ini bahasa Indonesia) peserta didik, seperti: خ, ذ, ث, ص, ض dan seterusnya. Adapun dalam pengajaran pengucapan dan peniruan dapat menempuh langkah-langkah berikut.
1.Peserta didik dilatih untuk melafalkan huruf-huruf tunggal yang paling mudah dan tidak asing, kemudian dilatih dengan huruf-huruf dengan tanda panjang dan kemudian dilatih dengan lebih cepat dan seterusnya dilatih dengan melafalkan kata-kata dan kalimat dengan cepat. Misalnya: بى, ب, با, بو dan seterusnya.
2.Mendorong peserta didik ketika proses pengajaran menyimak dan melafalkan huruf atau kata-kata untuk menirukan intonasi, cara berhenti, maupun panjang pendeknya.
b). Mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan kata.
Dalam mengajarkan struktur kalimat, sebaiknya mendahulukan mengajarkan struktur kalimat/nahwu, baru kemudian masalah struktur kata/sharaf. Dalam mengajarkan kalimat/jumlah sebaiknya seorang guru memberikan hafalan teks/bacaan yang mengandung kalimat sederhana dan susunannya benar.
Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru bahasa Arab dapat memilih kalimat yang isinya mudah dimengerti oleh peserta didik dan mengandung kalimat inti saja, bukan kalimat yang panjang (jika kalimatnya panjang hendaknya di penggal – penggal). Contoh:
اشتريت سيارة صغيرة بيضاء مستعملة مصنوعة في اليا بان
Kemudian dipenggal - penggal menjadi :
اشتريت سيارة
اشتريت سيارة صغيرة
اشتريت سيارة صغيرة بيضاء
c). Mendahulukan kosa kata yang dekat dengan peserta didik
Dalam pembelajaran kosa kata maka harus dimulai dengan memilih kosa kata yang lebih mudah dan selanjutnya bertahap pada pemberian kosa kata ilmiah. Selain itu pilih kosa kata yang bermakna bagi mereka, yaitu, kosa kata yang dekat dengan kondisi mereka. Pemberian kosa kata yang dekat kepada kondisi peserta didik akan memberi kesan kuat bagi mereka, sehingga mudah bagi mereka untuk memahami dan menghafalnya.
d). Membiasakan menggunakan bahasa seperti penutur asli gunakan.
Dalam pembelajaran bahasa Arab modern, pengajar dituntut untuk mampu menggunakan bahasa arab dengan tepat sebagaimana layaknya penutur asli berbahasa. Membiasakan mengucapkan dengan cepat dan tepat sehingga peserta didik tidak terbiasa lambat dalam memahami dan memikirkan artinya.
Peserta didik membutuhkan keterbiasaan sesegera mungkin akan bunyi yang belum familiar bagi mereka. Patut disadari pula bahwa bahasa baru yang mereka sedang pelajari tidak bisa dijadikan objek terakhir atau mata pelajaran/mata kuliah apa adanya. Bahasa Arab harus dikomunikasikan didalam ataupun luar kelas.
2. Prinsip Gradasi ( التدرج)
Yang dimaksud dengan prinsip gradasi adalah Bertahap atau berjenjang, jika dilihat dari sifatnya, ada beberapa kategori
a) pergeseran dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang global ke yang detail, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui.
b) ada kesinambungan antara apa yang telah diberikan sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan selanjutnya, dan
c) ada peningkatan bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baik jumlah jam maupun materinya.
Demikian pula harus diperhatikan tahap/jenjang pembelajaran kosa kata, qawaid dan maknanya.
Jenjang pengajaran mufrodat
Pembelajaran kosa kata hendaknya mempertimbangkan dari aspek penggunaannya bagi peserta didik, yaitu diawali dengan memberikan materi kosa kata yang banyak digunakan dalam keseharian dan berupa kata dasar. Selanjutnya memberikan materi kata sambung. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat menyusun kalimat sempurna sehingga terus bertambah dan berkembang kemampuannya.
Jenjang Pengajaran Qawaid (Morfem)
Dalam pengajaran Qawaid, baik Qawaid Nahwu maupun Qawaid Sharaf juga harus mempertimbangkan kegunaannya dalam percakapan/keseharian. Dalam pengajaran Qawaid Nahwu misalnya, harus diawali dengan materi tentang kalimat sempurna (Jumlah Mufiidah), namun rincian materi penyajian harus dengan cara mengajarkan tentang isim, fi’il, dan huruf.
Tahapan pengajaran makna (دلالة المعانى)
Dalam mengajarkan makna kalimat atau kata-kata, seorang pengajar bahasa Arab hendaknya memulainya dengan memilih kata-kata/kalimat yang paling banyak digunakan/ditemui dalam keseharian meraka. Selanjutnya makna kalimat lugas sebelum makna kalimat yang mengandung arti idiomatik.
3. Prinsip korektisitas dan pendalaman (الدقة)
Prinsip ini diterapkan ketika sedang mengajarkan materi الأصوات (fonetik), التراكب (sintaksis), dan المعانى (semiotik). Maksud dari prinsip ini adalah seorang guru bahasa Arab hendaknya jangan hanya bisa menyalahkan pada peserta didik, tetapi ia juga harus mampu melakukan pembetulan dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada hal-hal berikut: Pertama, korektisitas dalam pengajaran (fonetik). Kedua, korektisitas dalam pengajaran (sintaksis). Ketiga, korektisitas dalam pengajaran (semiotik).
a). Korektisitas dalam pengajaran fonetik
Pengajaran aspek keterampilan ini melalui latihan pendengaran dan ucapan. Jika peserta didik masih sering melafalkan bahasa ibu, maka guru harus menekankan latihan melafalkan dan menyimak bunyi huruf Arab yang sebenarnya secara terus-menerus dan fokus pada kesalahan peserta didik.
b). Korektisitas dalam pengajaran sintaksis
Perlu diketahui bahwa struktur kalimat dalam bahasa satu dengan yang lainnya pada umumnya terdapat banyak perbedaan. Korektisitas ditekankan pada pengaruh struktur bahasa ibu terhadap Bahasa Arab. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kalimat akan selalu diawali dengan kata benda (subyek), tetapi dalam bahasa Arab kalimat bisa diawali dengan kata kerja ( فعل ).
c). Korektisitas dalam pengajaran semiotik
Dalam bahasa Indonesia pada umumnya setiap kata dasar mempunyai satu makna ketika sudah dimasukan dalam satu kalimat. Tetapi, dalam bahasa Arab, hampir semua kata mempunyai arti lebih dari satu, yang lebih dikenal dengan istilah mustarak (satu kata banyak arti) dan mutaradif (berbeda kata sama arti). Oleh karena itu, pengajar bahasa Arab harus menaruh perhatian yang besar terhadap masalah tersebut. Ia harus mampu memberikan solusi yang tepat dalam mengajarkan makna dari sebuah ungkapan karena kejelasan petunjuk.
4. Motivasi (عنصر التشويق)
Seorang pengajar bahasa arab harus mampu membuat pengajaran menyenangkan sehingga bisa menarik perhatian, motivasi dan minat belajar bahasa arab peserta didik. Untuk membuat suatu pengajaran bahasa menarik, maka hal yang sangat menentukan adalah metode yang digunakan oleh pengajar bahasa.
Seorang pengajar bahasa Arab harus mampu membangun minat siswa dalam belajar bahasa Arab, karena tidak semua peserta didik mempunyai minat dan keinginan yang sama dalam belajar bahasa Arab. Untuk itulah seorang pengajar bahasa harus mampu membangun minat siswa entah dengan memodifikasi metode pembelajaran atau dengan pendekatan kepada Peserta didik.
Ciptakan suasana yang positif yang dapat mendukung peserta didik dalam belajar bahasa Arab. Karena mereka dapat kehilangan minatnya untuk belajar jika kita tidak dapat menciptakan suasana yang positif dalam pembelajaran.
Selain itu, tawa dan senyum seorang pengajar misalnya dapat dianggap sebagai pembantu pembangkit suasana yang menyenangkan, begitu pula cerita lelucon dalam bahasa Arab, anekdot-anekdot, permainan dan seterusnya, kesemuanya dapat memecahkan kebekuan dalam proses pembelajaran.
Motivasi perlu dimiliki oleh para siswa dan pengajar untuk memperlancar pembelajaran. Dalam konsep pembelajaran, motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dalam proses pembelajaran, para guru perlu mendesain motivasi yang tepat terhadap anak didik agar mereka dalam belajar mengeluarkan potensinya dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal.
Ada beberapa langkah yang bisa membantu pengajar bahasa dalam menciptakan motivasi belajar bahasa Arab bagi siswanya, yaitu:
a). Memberi dorongan secara continue.
Dalam pembelajaran modern, seorang pendidik memulai suatu proses pembelajaran dengan terlebih dahulu memberi beberapa positif stimulus pada peserta didiknya sehingga memancing mereka untuk memberi respon, dan akhirnya akan menciptakan suasana interaksi yang menarik dalam proses pembelajaran tersebut.
b). Variasi dalam pengajaran
Variasi dalam pengajaran merupakan salah satu hal penting dalam mendukung pembelajaran peserta didik. Jika tidak dapat menciptakan variasi dalam pengajaran, maka peserta didik dapat merasa bosan dengan materi ajar yang dapat juga menghilangkan minat mereka dalam belajar bahasa Arab.
Cobalah untuk mengintegrasikan beberapa keterampilan sebisa mungkin. Contohnya, integrasikan keteramapilan dalam membaca dengan menulis atau keterampilan mendengarkan dengan berbicara atau bahkan ke 4 keterampilan yang ada dalam pembelajaran bahasa Arab. Dengan demikian, peserta didik akan dapat menjadi lebih aktif dan pembelajaran menjadi lebih efektif. Selain itu, dituntut untuk selalu mendaur ulang materi ajar. Materi ajar yang sama akan lebih menarik jika di presentasikan dengan cara yang berbeda. Dengan demikian peserta didik tidak akan merasa bosan belajar bahasa.
Disamping itu pemilihan metode yang tepat dengan suasana dan kondisi si peserta didik akan membuat suasana pembelajaran lebih hidup.
c). Menciptakan suasana kompetitif diantara peserta didik
Secara psikologis, setiap orang selalu ingin lebih dari orang lain. Pengelolaan kelas/ruangan yang kompetitif akan mendorong siswa untuk selalu antusias menerima materi pelajaran bahasa yang diberikan. Kondisi kelas/ruang yang peserta didiknya berkompetitif secara sehat dapat dilihat pada penerapan kelas unggulan.
Di kelas unggulan, setiap peserta diberi kesempatan untuk bisa bergabung di kelas itu dengan syarat nilai mereka pada standar yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam pembelajaran bahasa Arab suasana kompetitif dapat diwujudkan dengan pemberian pemberian reward bagi mereka yang terbaik.
d). Menggunakan unsur/tekhnik permainan dalam latihan
Untuk menghindari adanya kesan kaku dan monoton dalam pembelajaran, maka pengajar bahasa harus mampu menyajikan materi terlebih lagi latihan latihannya dengan menarik. Teknik permainan akan sangat membantu terciptanya suasana tersebut. Penyajian materi dalam bentuk permainan akan memudahkan siswa untuk dapat mentransfer materi yang disajikan.
5. Pemantapan ( الصلابة والمتا نة)
Ada delapan langkah yang diperlukan agar teknik diatas berhasil dan dapat terlaksana, yaitu:
a). Memberikan contoh-contoh sebelum memberikan kaidah gramatika, karena contoh yang baik akan menjelaskan gramatika secara mendalam daripada gramatika saja.
b). Jangan memberikan contoh hanya satu kalimat saja, tetapi harus terdiri dari beberapa contoh dengan perbedaan dan persamaan teks untuk dijadikan analisa perbandingan bagi peserta didik.
c). Mulailah contoh-contoh dengan sesuatu yang ada di dalam ruangan kelas/media yang telah ada dan memungkinkan menggunakannya.
d). Mulailah contoh-contoh tersebut dengan menggunakan kata kerja yang bisa secara langsung dengan menggunakan gerakan anggota tubuh.
e). Ketika mengajarkan kata sifat hendaknya menyebutkan kata-kata yang paling banyak digunakan dan lengkap dengan pasangannya. Misalnya hitam-putih, bundar-persegi.
f). Ketika mengajarkan huruf jar dan maknanya, sebaiknya dipilih huruf jar yang paling banyak digunakan dan dimasukkan langsung ke dalam kalimat yang paling sederhana. Contoh Jumlah ismiyyah:
الكتاب في الصندوق, Contoh jumlah fi’iliyah : خرج الطاب من الفصل
g). Hendaknya tidak memberikan contoh-contoh yang membuat peserta didik harus meraba-raba karena tidak sesuai dengan kondisi pikiran mereka.
h). Peserta didik diberikan motivasi yang cukup untuk berekspresi melalui tulisan, lisan bahkan mungkin ekspresi wajah, agar meraka merasa terlibat langsung dengan proses pengajaran yang berlangsung.
PENUTUP
Sebagai bahasa Asing, Pembelajaran bahasa Arab membutuhkan metode yang berbeda dengan pengajaran bahasa ibu, hal ini karena bahasa Arab memiliki muatan materi yang berbeda dengan bahasa Ibu (dalam hal ini bahasa Indonesia). Dilain sisi, Bahasa Arab dengan bahasa Asing lainnya tidak memiliki perbedaan yang sangat jauh dalam pembelajarannya, hal ini terlihat dengan adanya kesamaan tujuan pembelajaran bahasa asing.
Berhubungan dengan perkembangan metodologi pengajaran bahasa asing, bahasa Arab sendiri mengalami ketertinggalan dalam hal pengajaran, seperti terbatasnya metodologi yang digunakan oleh pengajar bahasa Arab, dan masih banyaknya bahasa Arab mengadopsi metode metode pembelajaran bahasa Inggris. Untuk lebih meninggkatkan pengajaran bahasa Arab baik segi kualitas maupun kuantitas, perlu dilahirkannya metode metode pengajaran bahasa khusus untuk bahasa Arab. Lahirnya metode-metode tersebut tentunya harus berpijak pada asas-asas pengajaran bahasa asing.
Adapun asas asas pengajaran bahasa Arab (asing) yang sudah penulis jelaskan yaitu: prioritas persentasi, gradasi, koreksi dan pendalaman, motivasi, dan pemantapan. Dengan memperhatikan asas asas atau prinsip ini, maka pengajaran akan terarah dan memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
A Partanto Pius, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola

Arsyad Azhar, Madkhal fi Thuruq Ta’lim al Lugat al Arabiyah Li Mudarrisi al Lugat al Arabiyah, Makassar, 1996

Bahasa Arab Dan Metode Pengajarannya, Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Echols John M dan Hassan Sadily, Kamus Indonesia-Inggris, Ed. 3, Cet. VI;
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998

Izzan Ahmad, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. II; Bandung: Humaniora, 2007

Nata Abuddin, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam, Ed. I Bogor: Kencana, 2003

http://www.arabicforall/prinsippengajaranbahasaarab (online), diakses tanggal 31 Mei 2008

http://www.uin-suka.ac.id/tarbiyah/pengajaranbahasaarab, (online), diakses tanggal 31 Mei 2008

Sagala Syaiful, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Cet. V; Bandung: Alfabeta, 2007

Read more.....